watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

CINTAKU YANG KANDAS

Sore hari di tahun 1997 bulan Januari sebelum
aku kuliah ke Perth, hujan rintik-rintik menemani
perjalananku ke rumahku sepulang dari tempat
les bahasa Inggris di LIA, saat itulah kulihat gadis
tinggi semampai berjalan di sampingku.

tiba-tiba hatiku berdetak kuat, gadis ini cantik
sekali dengan tinggi semampai, memakai baju
hitam ketat dengan celana putih kordoroi, serasi
dengan kulitnya yang putih bersih. Rambut
sepundak kemerahan dengan wajah lonjong
manis sekali, dibubuhi mata sipit seperti artis
China yang sering kulihat di TV. “Aku harus
kenalan!” berontak kata hatiku. Jalannya cepat
tanpa melihat ke kanan ke kiri. Wah.. berani tidak
ya, hatiku bertanya-tanya. Okelah PD saja.
“Hai”, sapaku dengan suara bergetar.

“Baru pulang kuliah ya?” sambil kulihat buku yang
dibawanya.
“Iyaa..” responnya.
Wah.. gayung bersambut nih, langsung saja
kenalan. Sejak saat itulah aku dekat dengan Fei.
Gadis yang ternyata satu kompleks perumahan
denganku di daerah Jakarta Pusat. Ternyata ia
baru di kompleksku dan tinggal bersama
pamannya. Pamannya adalah penjual barang
elektronik di daerah Glodok. Sebelum ke Jakarta, ia
tinggal bersama orang tuanya di Medan, lulus
SMA ia melanjutkan pendidikan di FE salah satu
perguruan tinggi swasta di Jakarta Barat.
Singkat cerita kami pun pacaran. Terus terang,
aku orangnya tidak kuat melihat Fei. Yang paling
aku sukai dari bagian tubuhnya, adalah kakinya
yang panjang (1 meter 5 senti) dan yang yang
paling membuatku sukai lagi adalah betisnya
yang putih mulus dengan bentuk yang pas, tak
terlalu gemuk dan tak terlalu kecil, seksi sekali. Fei
tinggal bersama pamannya dan ke-3 sepupunya
yang semuanya perempuan yang masih
bersekolah antara SD - SMP, beserta seorang pembantu.

Pengalaman seks-ku dengannya berjalan secara
bertahap. Setelah beberapa lama pacaran aku
cuma bisa mencium pipinya. Seminggu
kemudian bibirnya, lama setelah itu ketika kami
berdua nonton di bioskop Lippo Karawaci aku
ingat filmnya Star Wars, ia memakai baju hem
sutra warna krem dengan rok selutut warna
coklat, yang menampakkan bentuk kakinya yang
sempurna itu. Baju sutranya begitu lembut
hingga mengikuti lekukan dadanya terkadang dari
sela-sela antar kancing terlihat belahan dada yang
putih mulus, walaupun tidak terlalu besar
membuat pikiranku melayang kemana-mana
hingga di dalam lampu mulai padam kulihat
penontonnya hanya 5 orang, itu pun berada di
depan semua. Melihat wajahnya di kegelapan
bioskop, aku tidak bisa konsentrasi menonton
film. 5 menit.. 10 menit.. 15 menit.. pertama
kuelus tangannya, kucium-cium tangannya yang
lembut itu. Akhirnya kusentuh pipinya dan mulai
kucium bibirnya. Mmh.. mengingat buah
dadanya tadi birahiku bergejolak, tanganku mulai
mengelus-elus pipinya kemudian turun. Kuelus-
elus buah dadanya yang membuatku tak bisa tenang.

Sementara bibirnya kulumat dalam-dalam,
kurasakan dengan mata terpejam kenikmatan
bibirnya itu, mulai lidah kami berpaut saat itu
juga. Tiga kancing paling atas bajunya kubuka,
tanganku pun mulai masuk ke dalam BH-nya.

Wow.. kenyal dan kencang dengan puting
susunya yang kenyal. Aku mulai memperdalam
ciumanku, lidahku mulai kumainkan seiring
dengan permainan jari-jariku di puting susunya.
Ia mulai mendesah dengan nafas tak teratur,
“Mmh.. mmhh.. mmhh..” suara itu membuatku
semakin bernafsu. Kuvariasikan gerakan tanganku
dengan meremas buah dadanya. &

ldquo;Mmmhh..
mhh.. sshh..” suara itu membuat batang
kemaluanku semakin berdiri tegang.

Saking
tegangnya sehingga membuat batang
kemaluanku sakit. Sambil kuperbaiki posisi
dudukku, kusorongkan penutup BH-nya ke depan
sehingga payudaranya menonjol. Kuarahkan
mulutku ke puting buah dada Fei, kuhisap-hisap
putingnya sambil sesekali kumainkan lidahku.
“Mmhh.. mhh..” Fei merasa geli-geli enak.
Kuangkat BH-nya ke atas agar tanganku terbebas
dari memegangi BH-nya. Buah dada yang telah
mengencang itu mancung ke depan menantang untuk kuhisap.

Sementara aku mulai menghisap buah dadanya,
tanganku mulai memegang pahanya yang dingin
karena udara AC bioskop tetapi makin ke dalam
semakin terasa hangat. Dengan agak susah
tanganku berusaha merayap ke sumber
kehangatan itu. Wah.. masih sulit tanganku
menjangkaunya, tampaknya Fei tahu akan hal itu.

Dia mulai membuka pahanya dan tanganku pun
mulai dapat merayap ke atas. Kusentuh
selangkangannya yang berbalut CD. “Hmm
hangat..” aku ingin merasakan dalamnya.
Dari tepi CD-nya jariku masuk ke liang
kemaluannya yang ditumbuhi rambut itu terasa
hangat dan lembut dengan lipatan-lipatan dan
gumpalan-gumpalan. Tanganku mulai beraksi di
tengah antara kedua lipatan itu, naik turun.. naik
www.ceritaindo.sextgem.com turun.. Fei mulai menggelinjang. Tidak berapa
lama ia melepaskan tautan bibirnya di bibirku.

Mulutnya terbuka, “Aaahh.. ahh.. terus Rie.. ahh..
ahh.. ahh.. teruus.. aah..” pada saat itulah
kurasakan sesuatu terjadi pada tubuhku. Aku
merasa batang kemaluanku menegang sekali.
Nafsuku meletup-letup, otot-ototku mengejang

dan.. “Aahhk.. aahhkk..”

dan, “Crott.. croott..”

kemaluanku pun muntah di dalam celana. Uhh..

enak sekali rasanya, segar.

Sementara tanganku terus bergerak. &

ldquo;Aaahh..
teruuss..” desah Fei sambil mulai menggerak-
gerakkan pinggulnya, “Aaahkk.. terus..” sampai
akhirnya badannya menegang dan ia menahan
nafasnya beberapa saat, “Mhh.. ahh..” dilepaskan
nafasnya, kemudian ia menjauhkan tanganku dari
liang kemaluannya.
“Kenapa..?” tanyaku berbisik.
“Enaak lhoo.. tapi badan jadi lemes nih..” bisiknya.
“Ya udah.. kasian filmnya tuh tidak ditonton..”
kataku.

Kurasakan bagian celanaku yang basah terkena air
maniku. Untung cuma bagian pinggang, jadi bisa
kututup dengan baju, aman.
Malamnya ia menelepon, menceritakan
bagaimana rasanya dari pengalaman yang baru
kami alami berdua di bioskop tadi. Sebelum kami
menyudahi telepon, ia berkata, “Rie.. besok kalau
tidak ada rencana.. datang ke rumahku dong..
selama aku libur, si Siti (pembantunya) mau
pulang kampung.. bantuin aku mengurusi rumah
yaa!”
“Oke!” jawabku singkat sambil membayangkan
skenario untuk besok.


Esoknya aku pun datang jam 10-an. Setelah
paman Fei pergi, sebab paman Fei tidak mau Fei
pacaran denganku. Dia mau Fei pacaran sama
laki-laki keturunan Tionghoa seperti semua
keluarganya. Jadi ceritanya aku dan Fei backstreet-
lah. Ketika aku datang, Fei masih memakai daster
pink, tingginya di atas lutut. Ups, kemaluanku naik
tinggi sekali, tampak sebagian pahanya yang
mulus sekali, kakinya yang panjang putih bersih
(tidak ada noda totol-totol sama sekali) dan
betisnya yang aduhai. Kuperhatikan terus Fei dari
atas ke bawah. Hei.. tepat di bagian dadanya ada
yang menonjol sebesar kacang. Ups.. jangan-
jangan dia tidak memakai bra nih. Aduh
kemaluanku makin membludak ingin keluar dari sarangnya.

“Arie.. kamu sudah sarapan?” tanyanya.
“Udah.. udah..” jawabku dengan suara bergetar
yang kupaksakan keluar.
“Hei.. kenapa.. kamu sakit?” tanyanya lagi.
“Enggak kok.. biasa, suara orang bangun pagi”,
kataku.
“Kamu bantuin aku nyapu ya.. entar habis kamu
nyapu.. aku ngepel..” katanya.
“Oke”, kataku.

Huuh.. menyapu, memikirkan menyapu
kemaluanku jadi ciut lagi. Aku pun mulai
menyapu, sedangkan Fei mencuci piring bekas
sarapan. Selesai menyapu, aku membantu dia
mengangkat ember untuk mengepel ke ruang
depan. Dengan menggunakan gagang pel ia
mulai mengepel lantai ruang depan, sementara
aku memperhatikan kaki-kaki yang jenjang itu
bagaikan menari-nari bersama tongkat pel.
Kuperhatikan betis yang selama ini kupuja-puja
itu, putih.. mulus, ingin aku menciumnya habis-
habisan. Tiba-tiba klotak! Entah karena apa,
tongkat pel itu terjatuh ke lantai. “Aduhh..” Fei
terkejut.
“Kenapa?” tanyaku. Fei hanya tersenyum dan
kemudian dengan membelakangiku, ia
menungging mengambil tongkat pel itu. Walah,
daster yang tingginya sepaha itu bagian
belakangnya terangkat ke atas. Tampak seluruh
pahanya yang putih halus mulus itu dan yang
membuat celanaku tiba-tiba sesak tampak
selangkangan yang dibalut CD warna biru langit itu.

Langsung aku meloncat ke arahnya. Kuelus dan
kuciumi pahanya yang halus mulus itu. Begitu
lembut, mmh. Fei masih dengan posisi
menungging, kusibak dasternya sehingga tampak
seluruh celana dalamnya, langsung dengan nafas
memburu, kutarik celana itu ke bawah dan kujilati
dan kucium pantat yang putih montok
menantang itu di selangkangannya. Tampak bibir
vertikal liang kemaluan Fei yang hitam tanpa bulu
rambut? (padahal tadi malam masih ada loh
bulunya). Kuusap dengan lembut bibir yang
menggoda itu, lembut dan penuh kehangatan.

Bibir tersebut bergerak-gerak seolah-olah berkata,
“Ayo.. cium aku.. isep aku.. jilat aku..” Langsung
kuarahkan bibirku ke kemaluannya. Aroma
kemaluannya yang khas menggodaku untuk
mencium kemaluan Fei yang sejak tadi
menungguku. Kumainkan lidahku di tengah-
tengah bibir kemaluannya. “Ssrrpp.. ssrrp..
ssrrpp..” kurasakan badan Fei bergetar keenakan.

kuremas pahanya yang montok itu sambil terus
kumainkan lidahku, “Aahh.. ahh..” erang Fei.
Tiba-tiba Fei berdiri, diciumnya bibirku yang
basah dengan ganas seperti orang yang sudah
berbulan-bulan tidak dapat jatah. “Mmhh..
Mmmhh..” dimain-mainkannya lidahnya di dalam
mulutku, enak sekali. Kemudian dengan sigap
tangannya mulai melepaskan celanaku dan
menyelipkan tangannya di CD-ku, “Ihh.. gede
amat..!” kejutnya sambil digosok-gosokkan
tangannya di batang kemaluanku yang sudah
sejak tadi membengkak. “Uuhh.. enak..”
diturunkannya CD-ku dan dikocoknya terus
batang kemaluanku. Saking enaknya sampai
seluruh otot tubuhku mengejang, “Teruss..
teruss”, kulepaskan tautan bibirnya, “Aahh.. ahh..
Feii.. terus Feii..” kataku sudah tidak tahan lagi.

“Aahh.. aah..” dan tak lama kemudian, “Croot..
croot.. croot..” akhirnya kemaluanku
mengeluarkan air mani, diarahkan kemaluanku
menjauh dari tubuhnya. Air maniku berceceran di
lantai. “Aaah.. enaknya.”
Kemudian kuangkat dasternya, tampaklah
tubuhnya yang sudah telanjang bulat. Ampun
deh bodinya, sudah putih, mulus, bagus,
langsing, tinggi, pokoknya seperti wanita model.

Batang kemaluanku pun berdiri lagi sedikit demi
sedikit. Aku pun melepas segala yang melekat di
tubuhku. Tubuhnya kujatuhkan ke sofa kemudian
kaki Fei kukangkangi dan aku menimpa tubuh
yang empuk itu. “Gimana memekku? Tadi pagi
aku cukur lho.. khusus buat kamu..” kata Fei.
“Huuii.. Fei gadisku.. I love you..” mulai lagi
kucium bibirnya dengan gemas. Mmmhh, tangan
Fei menjalar ke bawah meremas-remas batang
kejantananku. Kemudian menempelkannya ke
bibir kemaluannya yang telah basah itu. Badanku
pun kuangkat sedikit dengan siku kiriku
sementara tangan kananku mulai mengobok-
obok buah dadanya, begitu lembut dan kenyal.

Kumainkan putingnya sekali-sekali. Mmmhh..
sementara itu lidah kami pun tak bisa diam
merasakan keenakan ini, saling menjilati.
Kemudian kuarahkan kepalaku ke buah dadanya.
Kuciumi buah dadanya, kujilati, kumainkan
putingnya dengan lidahku dan kusedot-sedot
dengan sesekali kugigit-gigit kecil dengan gemas.
Sementara jari telunjukku dan tengah mulai
beraksi di liang kemaluannya. Kuusap-usap bibir
kemaluannya yang telah licin dengan cairan
kewanitaannya.
Tak lama, segera aku bangun dan aku tidur di
lantai. Kusuruh ia menindihku dengan kepalanya
mengarah ke batang kemaluanku dan dengan
kaki mengangkang, dan mengarahkan lubang
kemaluannya yang telah memerah ke wajahku.

“Hmm.. srruupp.. sruupp..” aku mulai menjilat
klitorisnya. Kujulurkan lidahku memainkan daerah
sekitar klitorisnya, kujilat klitorisnya ke atas, ke
bawah, ke atas, ke bawah. Fei menggelinjang
keenakan, pantatnya pun bergerak mencari spot-
spot yang enak. Ia ternyata jago menghisap
batang kemaluanku.
Sambil menghisap, sesekali dimain-mainkan
lidahnya seperti anak kecil memainkan es krim.

Kuvariasikan jilatan pada klitorisnya dengan
sedotan. Kemudian bibir-bibir kiri dan kanannya
yang hitam itu, kutarik-tarik daging lebih yang
nikmat itu dengan sedotan bibirku. “Sruup..
srupp..” Pinggul Fei bergerak-gerak terus, kadang
ke kiri kadang ke kanan, ke atas, ke bawah begitu
seterusnya sampai akhirnya ia tekan
kemaluannya di mulutku. Hidungku ikut
menempel di kemaluannya dan membuatku
susah bernafas, dengan masih digoyang-
goyangkan sambil mengerang panjang. “Aahh..
aahh.. aa.. aahh..” tiba-tiba badannya berbalik dan
ia menciumku bertubi-tubi, “Ahh.. enaak Rie..
rasanya seperti melayang..” sambil terus
menciumi mukaku. “Enak sih enak.. aku masih
gantung nih..” Langsung kuangkat tubuhnya ke
bibir sofa dan kukangkangkan kakinya. Kuusap-
usap kemaluannya yang masih memerah dan
bengkak itu dengan tanganku. Kucari-cari di mana lubangnya.

Setelah beberapa saat kutekan-tekan, akhirnya
kutemukan lubangnya. Pertama kucoba
memasukkan jari kelingkingku, eh.. masuk.

Kucoba jari manisku, masuk juga. Kukeluarkan
jari manisku yang basah, kucoba masukkan
batang kemaluan, “Aaahh.. pelan-pelan.. sakit
nih..” kata Fei meringis. Kucoba dorong dengan
bantuan tanganku, tapi susah sekali masuknya
sampai kemaluanku meleot-leot. Akhirnya
kuminta tangannya memegangi batang
kemaluanku dan tangan satunya melebarkan bibir
kemaluan. Aku menahan pahanya agar tubuhnya
tidak mundur-mundur. Mulai kudorong batang
kemaluanku masuk ke lubangnya, Fei masih
meringis tapi aku tidak peduli. Aku harus
menembak, kutahan kuat-kuat tubuh Fei dan
kusorongkan tubuhku. “Sreep.. sreep.. bleess..”
batang kemaluanku masuk tak bersisa.

“Kamu baik-baik aja?” tanyaku.

“Agak-agak pedih sih..” ringisnya.

Aku mulai beraksi. Segera kumaju-mundurkan
batang kemaluanku di lubang kewanitaannya.

“Aahh.. rasanyaa.. tidak terbayangkan.. it’s my
first time Man!” pikirku. Fei pun beraksi dengan
menggoyang-goyangkan pantatnya, hingga
bibir-bibir kemaluannya seperti mengulum-
ngulum batang kemaluanku.
Kuhujam-hujamkan terus batang kemaluanku.
Kulihat ekspresi muka Fei yang belum pernah
kulihat sebelumnya dengan mata merem-melek.
Bibir seksinya menganga mengeluarkan desahan-
desahan yang semakin membuatku bergairah
dan mempercepat gerakan batang kemaluanku
maju mundur. “Aahh.. ahghh..” aku pun ikut
merem-melek. Kupindahkan tanganku dari
pahanya dan mulai meremas-remas
payudaranya yang mengeras.

Goyangan goyangan pinggul kami berkejar-kejaran dengan
deru degup jantungku. Suara-suara erangan
nikmat bercampur dengan suara gesekan batang
kemaluanku dan liang kemaluan Fei yang telah
banjir, mengaung ke seisi rumah yang sepi itu.

Sampai akhirnya, “Arriee.. aakuu.. nggaak kuu..
kuuat lagii.. aahh.. ahh.. aahh.. aaghh..” Sambil
menahan nafasnya, Badan Fei mengejang dengan
dada menukik ke atas dan tangan meremas sofa
kulit itu. “Creet.. cret.. creet..” terasa keluar cairan
dari dalam lubang kemaluannya. Segera kugenjot
dengan hujaman-hujaman cepat ke lubang
kemaluannya.
Aku merasakan batang kemaluanku akan
mengeluarkan mani. Segera kukeluarkan
kemaluanku dan disambut dengan kocokan
tangan Fei. “

Aah.. aahh.. aahh..” aku mengerang
keenakan dan..,

“Croot.. croot.. croot..” air mani
keluar dari kemaluanku muncrat kemana-mana
mengenai sofa dan lantai sampai tak bersisa lagi.

“Aaahh.. enaknya hidup ini”. Kurebahkan tubuhku
ke sofa, kucium bibir Fei dengan lembut, “Thank’s
Fei.. I love you so much”, sambil terus menciumi
bibirnya. Segera setelah itu kubersihkan tubuhku
di kamar mandi dan aku melanjutkan pekerjaan
Fei yang terpotong tadi.. mengepel! Fei lelah
kecapaian dengan tubuh ditutupi daster, ia
beristirahat di sofa, wajahnya walaupun letih, tapi
menampakkan rasa puas yang luar biasa.
Semenjak itu, setiap hari (kecuali minggu), kami
melakukan seks. Setelah pembantu Fei pulang,
beberapa hari sekali kami melakukannya di
rumahku (kalau sedang tidak ada orang) dan di
Ancol. Agar air maniku tak tumpah ke dalam
mobil, aku selalu memakai kondom. Masa-masa
bahagia kami berakhir, setelah terdengar isu akan
terjadinya kerusuhan pada bulan Mei. Fei beserta
keluarga pamannya, pergi dari Indonesia pulang
ke negeri China, rumahnya di Jakarta dijual.

Semenjak itu aku tak pernah berjumpa lagi
dengannya. Aku sangat kehilangan Fei, Fei lah
cewek yang paling kusayang dan kucintai yang
telah memberikan kepuasan lahir batin kepadaku.


Adult | GO HOME | Exit
1/740
U-ON

inc Powered by Xtgem.com